Senin, 21 Februari 2011

Yogyakarta Istimewa Sudah Final

Jakarta - Belum lama berselang Yogyakarta baru saja didera oleh letusan Gunung Merapi yang kekuatannya terbesar dibandingkan letusan sebelumnya dalam masa satu abad lebih. Beberapa hari ini geliat Merapi mulai tenang kembali. Yogya mulai pemulihan menata suasana kehidupan.

Di saat baru mulai tahapan proses penenangan tiba-tiba keluar pernyataan pemerintah tentang hakekat keistimewaan Yogyakarta yang terasa dalam sanubari kekuatan kejutannya. Tidak kalah besarnya dengan kekuatan letusan Merapi beberapa saat yang lalu.

Hal yang positif dari pernyataan pemerintah tersebut ternyata Yogyakarta dianggap sangat penting dan istimewa bagi pemerintah dibandingkan persoalan-persoalan lain seperti korupsi, besar pinjaman pemerintah, ketersediaan lapangan kerja, tingkat daya saing negara maupun SDM, dan sebagainya sehingga pemerintah sampai harus mengeluarkan pernyataan tentang keistimewaan Yogyakarta. 

Jika menelusuri dari beberapa aspek nampaknya keistimewaan Yogyakarta seharusnya sudah final. Dari aspek historis Yogyakarta menjadi daerah sentral dalam ranah perjuangan bangsa. Pangeran Diponegoro, Panglima Besar Sudirman, Pertempuran Yogya Kembali, kemudian pada pra dan awal kemerdekaan Yogyakarta menjadi barometer dan pusat perebutan kekuasaan penjajah dan pemerintah Indonesia.

Dalam keadaan darurat Yogya pun dengan tangan terbuka memberikan tempat bagi pemerintah pusat dapat menjalankan roda pemerintahan dan sebagai ibu kota sementara. Dari sisi yuridis konstitusional beberapa UU telah mengatur dengan jelas keistimewaan Yogyakarta sehingga pemerintah waktu itu menghargai keputusan Sultan HB IX dan Paku Alam VIII yang memiliki kerajaan mandiri rela mendeklarasikan dan bergabung dengan Indonesia dengan menetapkan Sultan HB IX dan Paku Alam VIII sebagai Gubernur dan wakil Gubernur Yogyakarta.

Dari sisi sosiologis Yogyakarta adalah miniatur Indonesia. Beragam suku dan budaya dapat hidup menyatu dan melebur berdampingan dengan indahnya. Dan, sehingga Yogyakarta termasuk daerah dengan jumlah terbesar wisatawan yang mengunjunginya.

Dari sisi empiris pemerintahan Yogyakarta merupakan daerah yang termasuk memiliki beberapa prestasi seperti tingkat kualitas pendidikan, ketersediaan pangan, tingkat pemerintahan yang bersih dan berwibawa, tingkat ketahanan rakyat yang ditunjukkan musibah gempa pada tahun 2006. Saat ini justru menjadi berkah karena kondisinya lebih baik dan lebih indah dibanding sebelum gempa. Sehingga, suasana Yogya membawa hati yang nyaman.

Dari aspek personal di saat Belanda masih kuat bercokol di Yogya Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII berani mengambil risiko kehilangan nyawa atau paling tidak kehilangan mahkotanya. Dengan mendeklarasikan Yogyakarta bergabung dengan Indonesia yang baru saja merdeka.

Sultan HB IX dan Paku Alam VIII sangat berjasa di saat perjuangan dan awal kemerdekaan. Beliau telah memberikan berbagai bantuan moril, material, dan perlindungan fisik kepada pemimpin Negara (presiden, wakil presiden, kabinet, dan lain lainnya).

Kemudian, Sultan HB IX menunjukkan kemurahan hatinya dengan memberikan tanah yang luas untuk fasilitas umum seperti Universitas Gadjah Mada. Beliau menunjukkan keteladanan sebagai pemimpin yang memberi bukan merampas hak rakyat.

Dari aspek hakekat demokrasi dalam implementasinya justru menjunjung tinggi keberagaman. Misalnya keistimewaan Aceh, Jakarta, Papua tidak seragam. Jadi apa salahnya jika Yogyakarta memiliki keistimewaan yang unik.

Dari aspek keamanan Yogya selain berhati nyaman juga daerah yang relatif tenang dan aman. Sehingga, sejak awal kemerdekaan pemerintah pusat pun memilih Yogya sebagai ibu kota sementara di saat darurat. Di saat potensi kerusuhan akan muncul kewibawaan Sultan hadir bersama rakyat turun ke jalan untuk memberikan rasa tenang dan damai.

Dalam perjalanan waktu dari awal kemerdekaan hingga sekarang ini hakekat keistimewaan Yogyakarta telah berjalan selama 65 tahun yang menunjukkan bahwa hakekat keistimewaan Yogyakarta membawa suasana kota yang berhati nyaman bagi warga asli maupun pendatang di Yogyakarta. Dengan memperhatikan beberapa aspek tersebut rasanya sudah tidak ada celah lagi untuk mengubah hakekat keberadaan dan kedudukan Yogyakarta.

Padahal lagi kraton Yogyakarta tidak ada persoalan personal dengan Presiden. Karena, Gusti Prabukusumo sebagai adik Sultan HB X menjadi ketua DPD Partai Demokrat Yogyakarta. Kemudian ketika penulis bersama rekan pengurus suatu organisasi sowan kepada Gusti Prabukusumo telah mendengar langsung betapa Gusti Prabu sangat bangga atas kesederhanaan dan kejujuran Presiden SBY.

Namun sayang sekarang Gusti Prabukusumo pun menjadi ikut sangat sedih bersama rakyat Yogyakarta. Bahkan, Gusti Prabu dengan berat hati harus mengundurkan diri sebagai Ketua DPD Partai Demokrat karena prinsip dan harga diri terusik.

Oleh karena itu semoga DPR Pusat dapat arif dan bijak untuk memahami suasana hati Yogyakarta. Hakekat dan hal-hal yang prinsip tentang Yogyakarta biarlah tetap terkandung dalam RUU Keistimewaan Yogya dan sehingga pembahasan RUU terkonsentrasi pada hal-hal teknis.

Kepada warga Yogya diharap tetap tenang siaga karena masih ada Mahkamah Konstitusi sebagai penjaga gawang terakhir. Yogya yang sudah tenang tentram dan berhati nyaman ini sebaiknya tidak perlu diusik lagi dengan berbagai pemikiran yang bersifat konstitusional-normatif-personal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar